mungkin ada alasan khusus kenapa gue dulu menyimpan nama laki-laki itu dengan nama the future di phonebook HP lawas gue yang entah sekarang ada dimana. mungkin juga ada alasan khusus kenapa sampai sekarang gue nggak sekalipun menggunakan nama itu untuk menggantikan nama seseorang yang lain. tidak seperti kata precious yang pernah gue pake dua kali dengan nama My Precious dan The Precious, buat gue, the future itu hanya ada satu.
mungkin juga ada alasan lagi kenapa gue pengen nulis sesuatu lagi tentang the future. setelah sekian lama gue bahkan tidak mencoba untuk mengingatnya. bukan, bukan karena gue ketemu lagi dengan yang bersangkutan. tapi justru karena gue sedang berusaha untuk berdamai dengan benar-benar berpisah dengan mereka keseluruhan, keluarga besar The Future.
akhirnya entah dengan nyali darimana, gue dateng lagi kerumah itu. rumah baru yang mulanya gue desain untuk jadi rumah masa depan gue dan mereka. kedatangan terakhir gue kesana, belom ada setahun terakhir, gue mendapati rumah itu telah menemukan desain barunya. semua desain lama yang pernah gue bikin, (seolah) tak terpakai. dan well, how surprising i am waktu kemaren gue berkunjung, gue mendapati rumah itu kembali ke desain semula. desain buatan gue dan The Future.
setelah empat tahun papi ngebangun hanya bertiga dengan dua partner tukang bangunan kepercayaannya tanpa buruh tambahan sama sekali, akhirnya rumah itu mulai menunjukkan wujud dan warnanya. empat tahun. ah, seperti baru kemaren gue dikasi liat rumah itu barusan dirubuhin dan gue ngebantu papi mecahin batu-batu jadi kecil dengan bantuan karet ban yang so traditional, untuk dijadikan bahan campuran semen dan pasir untuk mengecor sudut-sudut tembok. kini rumah itu telah memiliki semburat garis tegas nan cantik di wajahnya, dengan warna kesukaan gue, merah.
gue nggak juga bisa berkata apa-apa. cerita gue pernah menjadi pondasi dasar dari rumah itu. cerita gue, pernah menghias di lapisan-lapisan terdalam dari tembok-tembok kokoh yang tertutup wallpaper bergaris coklat muda itu. cerita gue sudah tertutup dengan warna-warni cerita yang baru.
gue datang dengan pelukan dari mereka. gue datang dengan sambutan terhangat yang pernah gue terima dari keluarga orang asing. dan sekarang gue harus benar-benar mengakhiri satu cerita di kota ini. satu cerita antara gue dan mereka.
Lia pamit ya Om, Tante, Dek Dian. maaf kalo Lia pernah melakukan kesalahan di masa lalu yang mungkin tidak akan bisa kalian lupakan (atau mungkin dimaafkan). maafkan tutur kata Lia yang seringkali terlalu tak berunggah-ungguh layaknya orang Jawa kepada kalian. maafin jika ada sebagian sikap Lia yang mungkin (dan pasti) pernah membuat kalian merasa tersakiti. terima kasih tak terhingga karena selalu jadi orang-orang pertama yang siap sedia nolongin Lia ketika Lia sakit (dulu dan sekarang). entah Lia bisa ngebales semua kebaikan kalian dengan apa. kalian, adalah keluarga kedua terbaik yang Lia kenal selama ini. semoga ada cerita di masa depan yang akan membuat kita bisa bertemu lagi. gonna miss you all :')
P.S. I shouldn't post The Future's photos here. I'm not officially say good bye to him anyway :)
P.S-nya MAUTTT!!!! :D
BalasHapusbacaaaaa aja lo. sial :/
Hapus