Things change.
Saya suka menggunakan dua kata diatas untuk memulai sebuah cerita. Things change. Satu hal yang mutlak dan pasti akan dialami bahkan oleh sebuah batu sekalipun.
Saya sedang tidak membicarakan sebuah batu. Saya sedang membicarakan sesuatu yang lebih abadi. Kenangan.
Dulu saya suka, suka sekali mengabadikan semua kenangan dalam prosa-prosa dan kata-kata pendek yang terurai dalam 140 karakter. Dulu saya suka menulis untuk mengabadikan semua kenangan saya. Setidaknya ketika semua orang mengabadikannya dalam bentuk video dan gambar-gambar yang tampak lebih nyata, saya masih mengabadikan semuanya dalam tulisan.
Sampai semuanya berubah. Saya tak lagi menulis. Satu alasan klise seperti "Saya sibuk sehingga tak punya banyak waktu luang seperti dulu" terlalu sering menjadi pedang paling tajam untuk melawan serangan pertanyaan mengapa saya tak lagi menulis. Saya bukan hanya tak punya waktu, saya bahkan kehilangan gairah untuk bercumbu dengan tuts-tuts keyboard hingga larut malam seperti dulu. Padahal tak ada waktu yang lebih mesra selain jam lewat jam sebelas malam.
Saya bingung bagaimana cara saya mengabadikan semua cerita hidup saya. Saya tak mau anak-anak saya tak mengenal benar seperti karakter Ibunya. Sebelum saya berubah saya ingin mengabadikan saya yang sekarang. Mungkin tak semua harus diabadikan dengan kata. Mungkin memang ada beberapa hal yang harus diabadikan lewat gambar. Teknologi telah menyelamatkan kemalasan saya. Teknologi menjadi pahlawan bagi kapasitas otak saya yang tak seberapa.
Sampai anak saya dewasa dan berhasil menemukan tulisan ini, saya percaya Teknologi telah menjadi "manusia" cipataan manusia. Ibu mu memang absurd, Nak. Jangan malu yaa.
Things change.
Dan mungkin nanti tulisan ini pun tak akan terbaca oleh siapa-siapa. Termasuk saya.
Regards
L
0 komentar:
Posting Komentar