17 Nov 2010
warm, breath and light (chapter2)
jam 3 pagi aku terbangun
lelah. dan peluhku telah membasahi kaosku yang tipis
aroma tubuhnya masih melekat di tubuhku
tentu saja
bagaimana tidak
setelah kami bercumbu lebih dari satu jam beberapa jam yang lalu
nafasnya bergerak teratur disebelahku
kulihat ruangan tepat kami memadu kasih semalam
gelap
kulihat dia terpejam dengan dengkur pelannya
tiba2 sedikit getaran kurasakan diruangan 3x3 itu
sebuah rangkaian kereta lewat tak jauh dari lokasi ruangan itu
aku pejamkan mata lagi
kupeluk tubuhnya yang masih beraroma sama menyenangkannya seperti tadi malam
matanya terbuka
dikecupnya keningku dengan mesra, hidungku, bibirku
dia merapatkan tubuhnya lebih erat ke tubuhku
tarikan nafas kami berirama
hanya ada suara kipas angin lapuk yang menggantung di langit kamar yang terdengar
alunan musik radio 24jam juga terdengar sangat samar dari kotak tua
hanya ada cahaya dari luar yang mencoba menembus kertas kado yang menutup jendela
serta lampu LED berwarna hijau dari radio yang menyala
kami diam
aku berpikir entah apa
telingaku yang menempel di bahunya berharap bisa mendengar sesuatu yang sedang dirasakannya
bodoh...aku kan bukan cenayang atau anak indigo yg punya indera keenam
"kenapa bangun?" tanyanya dengan suara serak khas bangun tidur
aku menggeleng
"tidur lagi...besok masih mau jalan2 kan?" tanyanya kemudian
aku mengangguk
dia diam
"selamat ulang tahun lagi..." bisikku di telinganya
ku kecup benda hangat itu sesaat
ku letakkan kepalaku di bahunya lagi
mencoba untuk menutup mata ketika benda hangat itu hinggap di puncak kepalaku
aku mencoba tersenyum walau dia tak kan melihatnya
sebuah perasaan aneh menjalari dadaku
bergemuruh
bergelora
bernafsu
perang bibir pun dimulai lagi
dan terhenti ketika suara adzan bergema dari masjid sebelah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
eya! eya! eya!
BalasHapuswhat I like from this post? the last sentence! :D
gw pengen bikin buku tauk jadinya...
BalasHapusoughh