There's no freedom of speech in my house.
My mouth is sealed by ridiculous ideology from their belief.
My hands are tied by the responsibility to fulfill any kinds of their wishes.
My foots are amputated by the fact that I can't go anywhere to fulfill my callings to be the part of the glorious coutoure of the world.
itu tulisan saya ambil dari sebuah status salah seorang teman di status Facebook. saya memang tidak begitu mengenal baik bagaimana kehidupan pribadi si pemilik status ataupun keluarganya. hanya saja saya memang pernah sekali berinteraksi dengan mereka. dan dari situ pun saya mengetahui bahwa orang tua dari si pemilik status merupakan orang tua yang cinta kepada anaknya dengan cara yang keras. ah, tidak hanya kepada anaknya sebenarnya, saya pun pernah termaki oleh mereka. yah, saya anggap saja yang mereka lakukan adalah hal yang tidak sengaja.
dari situ saya banyak mendapat informasi tentang si pemilik status. bahwa sebenarnya dia adalah seorang anak yang luar biasa cerdas dan potensial untuk menjadi seorang yang berkembang secara normal dan sukses pada akhirnya. pun saya menyadari hal itu ketika saya akhirnya harus sering melakukan interaksi dengan si pemilik status.
hal yang cukup mengejutkan pun tak luput dari informasi yang saya dapat. bahwa sebenarnya si pemilik status adalah seorang gay. itulah mengapa selama ini dia menarik diri dari lingkungan sosialnya. bahkan dia tidak pandai berkomunikasi dengan orang tuanya. ah, sungguh saya merasa dia adalah seseorang yang tidak layak dikucilkan.
dengan mengamati dia saya banyak belajar. bahwa sekalipun dia menyadari semua kekurangan dan kelebihannya yang dapat atau tidak dapat diterima oleh lingkungannya, dia tetaplah seorang anak yang tidak mungkin melukai hati kedua orang tuanya. dan dengan segala keterbatasan yang mengelilinginginya selama ini, dia toh tetap berada di zona yang dia sadari dia tidak akan pernah mampu keluar dari dalamnya. dan dengan segala keterbatasannya untuk meraih mimpinya, dia toh tetap seseorang yang memiliki kelebihan yang diakui oleh lingkungannya. suka atau tidak suka, diterima atau tidak diterima, bahkan seorang anak pun sebaiknya diberi keleluasaan untuk mewujudkan mimpinya.
menjadi sebuah pelajaran berharga bagi saya, bahwa dengan kebebasan yang begitu luas terbentang di depan saya, saya begitu sering melukai orang tua dengan cara-cara yang tidak seharusnya pernah saya lakukan kepada mereka. dan menjadi pelajaran berharga bagi saya, bahwa kelak ketika saya menjadi orang tua, saya akan merasa sangat tersanjung ketika tulisan yang disampaikan di situs-situs pribadi milik anak saya adalah tentang kebaikan dan kecintaan kedua orang tuanya. bukan kearoganan maupun kekerasan verbal maupun non verbal yang mengekang seorang manusia untuk menjadi bagian dari dunia yang luar biasa.
0 komentar:
Posting Komentar