Menarik, ketika semakin besar bahwa ketika menyadari keinginan kita pun ikut berubah. Saya ingat dulu ketika saya kecil dan masih suka dikucir ekor kuda atau kucir dua kesamping oleh Mama, saya sangat suka ketika saya dipuji, "Mbak Lia cantiknya, ayo ikut aja sama Tante. Nanti kalo mau berangkat sekolah Tante kepang dua rambutnya tiap hari, pasti cantik..."
Dulu, dipuji cantik itu serasa jadi penghargaan paling menyenangkan dalam hidup. Tentu saja, karena saya pikir saya dulu adalah bocah kecil kurus tinggi dengan kulit hitam dan tidak pandai merawat diri seperti teman-teman sekolah saya yang begitu pandai merawat diri dan memadumadankan pakaian supaya terlihat stylist.
Beranjak remaja, semakin banyak teman-teman cantik yang beredar di sekitar saya, rasanya menjadi cantik terlalu mainstream. Saat itu saya mencoba untuk mencari yang berbeda. Saya suka ketika saya dibilang pintar. Pintar? Hahaha....saya tak terlalu pintar memang. Pun tidak selalu menduduki jajaran tiga besar seperti teman-teman jenius saya.
Saya mencoba untuk terlihat lebih menonjol. Di komplek, saya termasuk anak-anak langka yang berhasil masuk sekolah paling bergengsi di Semarang, tanpa menyogok. Di sekolah.....hahaha.....saya biasa-biasa saja. Tapi tetap saja bangga ketika berkumpul saat ada acara di komplek dan ada yang berucap."Kayak Mbak Lia tu lho, pinter. Bisa masuk ke SMA-sekian"
ehe ehe ehe
Masuk ke dunia kuliah, entahlah. Saya mulai kehilangan jatidiri saya. Saya tidak menonjol dalam hal apapun. Tidak cantik. Tidak terkenal. Tidak cumlaude. Pun bukan anak himpunan jurusan yang aktif di demo-demo kampus untuk memperjuangkan aspirasinya agar didengar semua pejabat-pejabat universitas. Sederhananya, tak-ada-yang-tau-siapa-itu-Zulfa.
Itu kan di kampus. Saat kuliah saya malah begitu aktifnya di organisasi Purna Paskibraka Indonesia. Saya bukan ketua. Pun bukan pemegang jabatan yang berarti untuk berorganisasi. Tapi ketika saya dikenal oleh beberapa angkatan Purna Paskibraka sebagai seseorang yang masih aktif dalam organisasi walau saya berada di luar kota dan telah memiliki berbagai kesibukan, saya dikenal sebagai seseorang yang loyal. Bagi saya, disebut loyal itu.......ah. Saya loyal, tapi saya sendiri dikhianati oleh kekasih saya. Ironis ya...
Hingga sekarang, saat saya sudah mulai merasakan hidup, saya mulai berfikir saya mau jadi apa. Berada di satu program dimana teman juga sekaligus menjadi lawan sendiri. saya bingung menempatkan diri ada dimana. Sampai akhirnya saya merasa senang ketika ada seorang Ibu yang memanggil saya, "Duh...anak sholehah"
Subhanallah.....
Rasanya nyeeesss gitu dibilang sholehah. Tanya kenapa sih!! Iya, hanya karena saya selalu sholat Ashar dan berjamaah tepat waktu. Jadi setiap kali jam sholat Ashar datang dan bertemu satu atau dua Ibu ketika saya sedang menunggu lift, mereka pasti berkata hal yang sama. Dan ini, menjadi penghargaan yang lebih tinggi dari apapun.
Apalah arti cantik, pintar dan loyal kalau lupa dengan siapa yang menciptakan cantik, pintar dan rasa loyalmu. Alhamdulillah yaah....sesuatu :3
0 komentar:
Posting Komentar