Dulu aku suka berada disitu. Sekedar untuk menyandarkan penat sejenak karena seharian duduk di meja kerja dan hanya berpegangan manis dengan mouse scroll warna hitamku. Biasanya kamu suka bertanya apa saja kegiatanku hari itu. Atau sambil menyodorkan sebotol teh madu kesukaanku kamu dengan seksama mendengarkan aku bercerita walau aku tau ceritaku tak terlalu menarik juga untuk kau dengarkan. Tapi aku tetap kembali ke tempat itu setiap senja sebelum aku pulang ke kontrakanku. Walau hanya lima atau tujuh menit. Tempat itu tak pernah terisi oleh siapapun.
Dulu aku juga suka berada disitu. Menyandarkan kepalaku sambil mendengarkan musik dari setengah headset yang kupakai dan setengahnya menempel di telingamu. Biasanya kita suka mendengarkan musik setiap Minggu pagi setelah kita lelah berlari di sepanjang jalanan kota yang akhirnya sepi kendaraan. Sambil meneguk teh manis panas atau menyendok semangkuk bubur ayam. Tempat itu selalu tersedia untukku.
Aku juga sering berada disitu. Untuk menangis dan bercerita tentang pertengkaranku dengan kekasihku yang berada ratusan kilometer dari tempatku berurai air mata. Biasanya kamu selalu menyediakan tissue untukku. Atau dengan cengiran polos kamu menyerahkan kedua tanganmu dengan pasrah untuk menyeka air mataku ketika aku tak membawa tissue. Sambil sesekali menyeka rambutku yang jatuh dari belakang telinga, kamu selalu menguatkanku dan meyakinkanku bahwa aku pasti bisa menghadapinya. Tempat itu, selalu menjadi saksi paling setia atas semua kesedihanku.
Bahumu. Tempat yang tidak mengenal kata tutup atau sedang diperbaiki. Tempat yang selalu terbuka untukku saat aku punya atau tidak punya uang untuk mendatanginya. Tempat teraman dan ternyaman yang selalu berhasil menguatkan disaat aku sedang depresi karena aku tak juga bisa memutar rodaku keatas. Tempat terbaik dan tidak pernah berubah sejak dulu.
Itu dulu. Kini aku tak lagi bisa datang kesana. Sepertinya tempat persembunyian teramanku telah ditemukan orang lain. Katanya dia adalah calon istrimu. Entahlah, sejak aku melihat dia mengisi tempatku aku tak lagi pernah datang ketempat itu, atau bahkan melihatnya sesekali untuk memastikan apakah dia sedang kosong atau terisi. Aku menyesal. Dari surat yang aku baca di pesan elektrik minggu lalu, kamu banyak bercerita. Bahwa ternyata selama ini tempat itu telah dipesan sejak 4 tahun yang lalu. Hanya saja yang pemesan sedang berkelana di negeri orang untuk menambah gelar di belakang namanya.
Katamu dia bernama Ratu. Ah, aku iri. Tentu saja dia bisa menguasai bahumu sekarang. Tentu saja dia pun bisa datang dan bersandar di tempat itu kapanpun dia mau seperti aku dulu. Tentu saja dia bisa mengambil tempatku tanpa permisi. Tentu saja karena dia bernama Ratu sedangkan aku hanya bernama Putri.
Tahukah kamu bahwa ada makhluk tanpa akal dan bersayap dengan jenis LoveBird.
BalasHapusTahukah bahwa mereka hanya kawin dengan satu jantan dan satu betina.
di saat sang jantan tersesat akan jalan pulangnya maka sang betina tidak akan menerima rayuan dari pejantan lain dan bahkan tak akan mau didekati oleh pejantan lain sebagai pelipur laranya. Si betina akan menunggu sang jantan pasangannya walaupun dia menderita sampai mati karena saat musim kawin tiba apabila mereka tidak membuahi telur maka keduanya akan mati.
jadi kamu tersesat dimana?? ini 2012 ada teknologi namanya Google Map lhoo
Hapus