You do really know how to make my day without doing anything.
Well...thank you anyway to put all my short letters beside your desk.
It's a pride to accompany along your works, since the warm morning till
the cold midnight.
I'm 23 and all what i've done just like a teenager. Well....the elder people, the more child their attitude. Isn't it? Or it's only me??
Okay. Anyone of you feel curious about who is the man I'm talking about? Well....even i did not really know about his existences. So...just keep your curious until the next post. Maybe i will try to describe. Just maybe, dear. Don't take my word too serious :p
26 Mei 2013
20 Mei 2013
17 Mei 2013
Di bawah gerimis
Gerimis selalu menyisakan satu cerita sendiri di satu sudut kota. Seperti malam ini. Lelah berkutat dengan setumpuk tunggakan tagihan dan sistem yang masih mengejar untuk tidak kutinggal pulang. Apa daya langkahku lebih kuat untuk menarik tubuh menjauhi kursi putar di satu ruang di lantai dua gedung tua 5 lantai kantorku. Tak lupa aku meletakkan satu pesan dengan kertas post it di meja nya. Malam ini aku meninggalkan sapaan dalam bahasa Prancis. Kutulis : Bonjour, tak lupa selalu dengan sebuah senyum cantik untuk menggantikan tanda titik
Iya, aku hanya ingin menjadi yang pertama menyapanya saat dia telah siap untuk bekerja. Yah, setidaknya aku berpura-pura benar-benar menyapanya walau aku tau aku tak pernah benar-benar menyapanya. Tidak dengan selamat pagi. Tidak dengan ohayo. Tidak pula dengan Bonjour.
Tak apa, setidaknya pagi ini aku sempat berpapasan sejenak dengannya di mesin absen sidik jari. Berkali-kali dia tampak mengusap layar detector yang selalu berkata "Silahkan coba lagi" setiap dia menyentuhnya. Dua kali aku melihatnya gagal membuat kotak berwarna hitam itu berucap "Terima kasih". Aku berdiri di sebelahnya, menyentuh mesin finger print sekali dengan malas, dan hati girang sekaligus. Sayang sekali mesin sialan itu langsung berucap Terima kasih, pun kotak hitam yang disentuhnya.
Sayang sekali aku tak bisa menyapanya semanis tulisan-tulisanku yang kubuat dengan penuh cinta. Pun dia tidak mengeluarkan sedikitpun suara saat aku berdiri di sebelahnya. Hanya segaris senyum yang dipaksa ditariknya saat dia melihatku berjalan mendekatinya, maksudku mesin finger print di depannya. Ah, siapalah aku ini.
Aku berjalan sendiri. Menatap jalanan yang kosong. Menggantungkan tas hitamku dengan malas menyilang bahu. Kumasukkan kedua tanganku kedalam saku jaket warna merahku. Gerimis selalu romantis dengan caranya sendiri. Jalanan yang hitam basah memantulkan lampu-lampu jalan berwarna oranye. Aku tersenyum. Pada cerita tadi pagi yang terputar dengan cantik di dalam tempurung kepalaku. Tanpa cela. Sedikit terasa menye-menye. Tapi toh aku tersenyum juga.
Terus berjalan dengan angin dingin yang membelai halus kedua pipiku. Aroma malam ini terasa manis. Meskipun tak ada kata yang terucap sepanjang jalanku menuju kerumah. Gerimis selalu memiliki satu cerita sendiri untuk setiap tetesnya. Mungkin suatu saat nanti kita akan menikmati tetes pertama gerimis romantis, dengan cerita kita sendiri. Iya, kita.
Iya, aku hanya ingin menjadi yang pertama menyapanya saat dia telah siap untuk bekerja. Yah, setidaknya aku berpura-pura benar-benar menyapanya walau aku tau aku tak pernah benar-benar menyapanya. Tidak dengan selamat pagi. Tidak dengan ohayo. Tidak pula dengan Bonjour.
Tak apa, setidaknya pagi ini aku sempat berpapasan sejenak dengannya di mesin absen sidik jari. Berkali-kali dia tampak mengusap layar detector yang selalu berkata "Silahkan coba lagi" setiap dia menyentuhnya. Dua kali aku melihatnya gagal membuat kotak berwarna hitam itu berucap "Terima kasih". Aku berdiri di sebelahnya, menyentuh mesin finger print sekali dengan malas, dan hati girang sekaligus. Sayang sekali mesin sialan itu langsung berucap Terima kasih, pun kotak hitam yang disentuhnya.
Sayang sekali aku tak bisa menyapanya semanis tulisan-tulisanku yang kubuat dengan penuh cinta. Pun dia tidak mengeluarkan sedikitpun suara saat aku berdiri di sebelahnya. Hanya segaris senyum yang dipaksa ditariknya saat dia melihatku berjalan mendekatinya, maksudku mesin finger print di depannya. Ah, siapalah aku ini.
Aku berjalan sendiri. Menatap jalanan yang kosong. Menggantungkan tas hitamku dengan malas menyilang bahu. Kumasukkan kedua tanganku kedalam saku jaket warna merahku. Gerimis selalu romantis dengan caranya sendiri. Jalanan yang hitam basah memantulkan lampu-lampu jalan berwarna oranye. Aku tersenyum. Pada cerita tadi pagi yang terputar dengan cantik di dalam tempurung kepalaku. Tanpa cela. Sedikit terasa menye-menye. Tapi toh aku tersenyum juga.
Terus berjalan dengan angin dingin yang membelai halus kedua pipiku. Aroma malam ini terasa manis. Meskipun tak ada kata yang terucap sepanjang jalanku menuju kerumah. Gerimis selalu memiliki satu cerita sendiri untuk setiap tetesnya. Mungkin suatu saat nanti kita akan menikmati tetes pertama gerimis romantis, dengan cerita kita sendiri. Iya, kita.
Buat aku, kecantikan itu harus berbanding lurus dengan kecerdasan dan pribadi yang menarik. Harus. Itu kenapa aku tidak terlalu suka dibilang cantik. Aku lebih bangga disebut qualified, smart, high capability, friendly girl, cheers and another good things. Karena ketika mereka memandangku dari kemampuan yang aku miliki, dengan sendirinya aku akan terlihat cantik dimata mereka. Bukan buat sengaja diliatin, tapi karena memang aku terlihat dengan sendirinya.
14 Mei 2013
tidak ada masalah yang terlalu sulit. yang ada hanya kita yang salah melatih kapasitas diri kita sehingga terlalu lemah untuk menghadapi semua masalah yang datang.
Label:
Aulia
9 Mei 2013
money talks
Label:
images
5 Mei 2013
2 Mei 2013
Banyak-banyak bicara, sering-seringlah bercakap-cakap dengan orang lain. Habiskan waktumu untuk mencuri ilmunya. Dengan diam kamu tidak akan mendapatkan apa-apa. (Andreas Patria)
Begitu kata salah seorang Direktur kepadaku saat aku mencoba untuk mewancarainya untuk membuat sebuah artikel majalah kantor. Tanpa dia sadari, saat itu pun aku sedang mencuri ilmu banyak darinya. You are awesome, Sir.
Begitu kata salah seorang Direktur kepadaku saat aku mencoba untuk mewancarainya untuk membuat sebuah artikel majalah kantor. Tanpa dia sadari, saat itu pun aku sedang mencuri ilmu banyak darinya. You are awesome, Sir.
quote for Juph 72
If
you only read the books that everyone else is reading, you can only think what
everyone else is thinking
~
Haruki
Murakami, Norwegian Wood
----------
Ini salah satu quote yang sempet gue pake waktu closing book review presentation kemaren. and yess, i'm proud of reading unordinary book. at least i'm not reading a comic. for sure.
Label:
quote
1 Mei 2013
do for a reason
Saya selalu percaya bahwa semua orang selalu melakukan sesuatu karena sebuah alasan. Terlepas dari bisa atau tidak bisa diterimanya alasan itu, semua selalu bertindak bukan karena tanpa tujuan. Semua hanya tergantung dari sisi mana kita melihatnya. Dan bisa atau tidaknya kita melihat dan memahami dari kacamata yang sama. Terkadang berbagi memang menyenangkan. Tapi memang lebih banyak hal yang lebih nyaman untuk disimpan sendiri. Setidaknya itu yang Papa, Mama dan saya lakukan sekarang.
Get well very soon, Pa
:")
Get well very soon, Pa
:")
Langganan:
Postingan (Atom)