Home

10 Nov 2013

Saya 24 dan saya mencintai pekerjaan saya

Terkadang sulit untuk bisa membatasai diri untuk mencintai atau tidak terlalu mencintai sesuatu. Saya pun tidak tau apakah saya melakukan semua ini karena saya mencintainya. Tidak, kali ini saya tidak membicarakan laki-laki.

Saya pernah mengatakan sesuatu di salah satu jejaring sosial saya.
Not all of workers can love their job. Some cause of the salary because they need to be the money maker of their family. Others just to avooid the judges of being "jobless degree". You have to Thank God if you can love your job no matter how miserly, how tiring it is or how it messed your rest time. Because your sincerity had been put by Rabb in your money that you get. Do you want to eat money that even didn't get it with your heart?
Kali ini saya mulai menyangsikannya pada diri saya sendiri. Saya tidak tau mana yang lebih sering terjadi kepada diri saya ketika saya mulai memaksakan diri saya untuk menyelesaikan semua pekerjaan saya padahal sebenarnya badan dan fikiran sudah terlampau lelah.

Loyal, cinta atau keterpaksaan.
Terasa begitu bias jika saya coba aplikasikan ke kehidupan saya sendiri.

Karena pada dasarnya saya adalah orang yang loyal, saya cintai apa yang saya miliki dan saya seringkali memaksakan diri saya agar semuanya tetap berjalan sebagaimana mestinya. Lama-lama rasanya cukup mengerikan mendapati diri saya menjadi seorang workaholic yang berakibat dengan terganggunya jam istirahat dan waktu bersosialisasi saya dengan orang-orang non kantor. Iya, itu cukup mengerikan.

Tapi yasudahlah. Toh saya masih 24. Saya wanita pekerja keras, dan ya....saya mencintai pekerjaan saya. Itu saja cukup :)

0 komentar:

Posting Komentar