Home

5 Jul 2013

yuhuu...susyah skalii jadi profesional yaa

Saya memahami benar, ketika kita memasuki satu fase yang lebih tinggi, itu berarti ada banyak tolok ukur yang harus diubah. Ada banyak target yang harus dirubah. Ada pola pikir dan cara berlaku yang harus dirubah. Ada banyak limitasi yang harus dirubuhkan sebelum membuat kita terjebak dalam satu istilah anak muda “gagal move on”.

Mengikuti program Management Trainee membuat saya banyak belajar. Bahwa untuk dikenal, hanya perlu 3 hal. Baik, Buruk, atau Unik (kalau kalian tidak mau disebut aneh). Life’s about choosen. Saya memilih untuk menjadi unik. Saya tidak baik, karena saya tau masih ada satu dua pihak yang memiliki rasa tidak suka terhadap saya. Pun tidak buruk karena toh selalu ada yang mengajak saya tersenyum dan bercanda setiap harinya. Saya memilih untuk menjadi unik, berbeda dari yang lain. Tapi toh saya pun tidak memaksa agar semua orang menyukai saya. I thank Rabb for this. To be an apathetic.

Menjadi unik berarti menjadi orang yang tidak biasa. Menjadi tidak biasa berarti harus memberikan effort lebih agar bisa lebih disadari ke-ada-annya. Saya mencoba untuk memberikan yang terbaik dari apa yang saya punya. Loyal adalah makanan yang sudah saya terima sejak saya SMA. Jujur telah menjadi bayangan saya sejak saya mulai menggunakan seragam. Peduli telah menjadi kepribadian awal yang diperkenalkan orang tua saya sejak saya kecil.

Now welcome to professional world. Saya sudah berhasil melalui 3 bulan awal adaptasi saya yang begitu berat. Dan sekarang saya dihadapkan pada keadaan bahwa keprofesionalan itu sangat mahal harganya. Tidak akan bisa didapatkan di training mahal manapun. Bahwa keprofesionalan itu adalah bagian dari kepribadian yang telah terbentuk sejak lama.

Profesional bukan hanya perkara memisahkan urusan pribadi dan urusan bisnis. Profesional bukan perkara manajemen waktu. Profesional bukan hanya perkara pengaturan skala prioritas. Profesional membutuhkan lebih dari itu. Profesional membutuhkan dedikasi khusus. Profesional itu attitude, Profesional is a personality.

Saya merasakan benar bahwa ternyata begitu banyak hal yang saya temukan ketika saya bekerja.  Saya merasakan bahwa ternyata memang benar banyak kejadian saling sikut dalam dunia kerja demi bisa mendapatkan nama atau umm....lebih dianggap ada mungkin. Saya merasakan bahwa ketika semua orang bisa menggunakan 2 topeng dalam waktu yang sama. Saya juga merasakan bahwa ketika menjadi seorang pemimpin itu tidak bisa disukai oleh seluruh bawahannya. Jarang ada pimpinan yang bisa melakukannya. Pun Rasulullah SAW.

Memasuki dunia kerja, berarti juga harus siap melepas segala atribut tentang almamater dan kota kelahiran. Terlebih Jakarta. Kota yang terlalu plural. Karena terlalu plural, sehingga semua terasa sama. Plural bukan berarti berlomba-lomba untuk membentuk satu komunitas yang mayor dan menyingkirkan yang marjinal. Plural berarti harus memiliki effort lagi untuk bisa saling menghargai satu sama lain. Menghargai, bukan mengabaikan, apalagi saling menjatuhkan.

Selamat datang di kehidupan yang sebenarnya. Ketika kamu akan semakin sulit menemukan sahabat. Ketika semua orang yang berotasi dalam keseharianmu hanyalah orang-orang dengan kepentingan khusus dan akan menghilang setelah kebutuhannya terpenuhi. Ketika hal-hal bodoh yang menjadi kesenanganmu harus dipikirkan 2 atau 3 kali lebih banyak untuk melakukannya.


Untuk orang-orang idealis dan perfectionist seperti saya, pencitraan adalah segalanya. Saya enggan terlihat buruk. Sekalipun saya akhirnya terlihat buruk, saya harus mempercayai bahwa saya telah melakukan hal yang benar untuk golongan yang lebih besar. Dan tahukah kalian, membentuk pencitraan di dunia kerja, lebih sulit dibandingkan menciptakan pencitraan di depan calon mertua.

0 komentar:

Posting Komentar