Page 31 of 365
See you, January
31 Jan 2013
29 Jan 2013
love letter (2)
Teruntuk kekasihku,
Suatu ketika ketika kamu membaca surat ini, kamu akan paham mengapa aku memilih untuk tetap berada dalam jarak yang begitu statis darimu. Karena aku tahu alasan mengapa aku mencintai kamu, untuk apa aku mencintai kamu, dan akan bagaimana jika aku terus mencintai kamu.
Suatu ketika ketika kamu membaca surat ini, kamu juga akan mengerti mengapa jarak yang statis aku tetapkan dalam jarak yang tak akan pernah mampu kita kalahkan. Karena aku tahu aku telah mencintai kamu dengan cara yang salah, karena aku mendapatkan kamu dengan cara yang salah, dan aku mempertahankan kamu untuk sebuah alasan yang salah.
Suatu ketika ketika kamu membaca surat ini, kamu akan paham mengapa aku memilih untuk tetap berada dalam jarak yang begitu statis darimu. Karena aku tahu alasan mengapa aku mencintai kamu, untuk apa aku mencintai kamu, dan akan bagaimana jika aku terus mencintai kamu.
Suatu ketika ketika kamu membaca surat ini, kamu juga akan mengerti mengapa jarak yang statis aku tetapkan dalam jarak yang tak akan pernah mampu kita kalahkan. Karena aku tahu aku telah mencintai kamu dengan cara yang salah, karena aku mendapatkan kamu dengan cara yang salah, dan aku mempertahankan kamu untuk sebuah alasan yang salah.
1st placement: Project Cost Control
Dan pengumuman penempatan kerja itu akhirnya datang juga. I don't know how to expressed it, but yeah....i should thankful for everything that Allah gave to me. Rasanya seperti satu beban lagi terlepas dari pundak. Padahal sebenarnya peperangan baru saja akan dimulai. Dan mulai besok secara resmi, me as Management Trainee Batch 3 at PT Radiant Utama Interinsco, Tbk will doing my tasks as good as i can do. Keep fighting, my MT mates.
Bismillahhirrahmannirrahim
Regards
Aulia
Bismillahhirrahmannirrahim
Regards
Aulia
Label:
work
25 Jan 2013
diam
Bahwa diam tidak berarti tidak sedang berfikir. bahwa diam tidak berarti tidak sedang membayangkan sesuatu. Bahwa diam tidak berarti saya setuju untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Bahwa diam seringkali hanya menjadi sebuah bom waktu yang siap meledak kapan saja. Bahwa saya selalu tidak pernah bersahabat dengan diam. Maaf diam, aku membencimu sejak malam itu.
20 Jan 2013
Minggu pagi tak datang lagi
Tidak banyak pengharapan saya pada sebuah Minggu pagi. Bagi saya Minggu pagi adalah saat saya bisa menikmati cahaya matahari yang hangat, yang panasnya saja bahkan seharusnya tidak mampu saya rasakan jika saya bersembunyi dibalik kaca jendela. Minggu pagi identik dengan setangkup roti bakar isi mentega dan gula pasir yang dipanggang hingga muka-mukanya kering dan kecoklatan. Minggu pagi identik dengan membersihkan kamar hingga tak lagi terasa sempit karena kertas, tas, kabel atau selimut yang tak terlempit selama seminggu karena selalu tak ada waktu setiap pagi selepas beranjak dari tempat tidur.
Minggu pagi seharusnya saya lalui dengan ceria dan tawa. Setidaknya sekalipun saya tidak tertawa dengan seseorang, saya tertawa karena sesuatu. Setidaknya tidak ada satu tetes air mata pun yang layak jatuh di Minggu pagi, bahkan air mata karena terlalu banyak menguap sekalipun. Minggu pagi adalah dimana saya bisa bermalas-malasan, bukan di tempat tidur. Tapi bermalas-malasan dengan menghabiskan waktu dengan sesuatu sedikit lebih lama dari biasanya. Film, musik, laptop, and other essentials.
Minggu pagi dulu seringkali saya nikmati agak lebih siang dari pagi-pagi lainnya. Kini saya menyesal bukan kepalang. Minggu pagi saya datang lebih siang sepertinya. Entah sudah berapa lama saya menantikan datangnya Minggu pagi dari sini. Bukan karena apa, karena Minggu pagi yang saya tunggu tak akan dapat lagi saya nikmati. dari bawah tanah lembab sejak hari Sabtu delapan bulan yang lalu.
Minggu pagi seharusnya saya lalui dengan ceria dan tawa. Setidaknya sekalipun saya tidak tertawa dengan seseorang, saya tertawa karena sesuatu. Setidaknya tidak ada satu tetes air mata pun yang layak jatuh di Minggu pagi, bahkan air mata karena terlalu banyak menguap sekalipun. Minggu pagi adalah dimana saya bisa bermalas-malasan, bukan di tempat tidur. Tapi bermalas-malasan dengan menghabiskan waktu dengan sesuatu sedikit lebih lama dari biasanya. Film, musik, laptop, and other essentials.
Minggu pagi dulu seringkali saya nikmati agak lebih siang dari pagi-pagi lainnya. Kini saya menyesal bukan kepalang. Minggu pagi saya datang lebih siang sepertinya. Entah sudah berapa lama saya menantikan datangnya Minggu pagi dari sini. Bukan karena apa, karena Minggu pagi yang saya tunggu tak akan dapat lagi saya nikmati. dari bawah tanah lembab sejak hari Sabtu delapan bulan yang lalu.
17 Jan 2013
15 Jan 2013
Farewell(s)
Bahwa adalah mutlak setiap pertemuan berakhir dengan perpisahan. mutlak. tidak bisa diganggu gugat. dan saya tidak pernah menyukainya.
semacam yang saya lakukan Jumat pekan lalu, ketika saya tau itu mungkin adalah kali terakhir saya menginjakkan kaki di Solo. tidak akan datang lagi kesana dalam waktu yang lama. berpisah dengan semuanya. dengan teman-teman. dengan jalanan kampus yang selalu lengang dan menggenang saat hujan. dengan hiruk - pikuk keramaian warung makan saat jam makan siang tiba. dengan lampu merah pertigaan jalan yang hanya berbicara pada udara yang kosong tanpa pernah ada yang melihatnya. dengan segala cerita yang terpaku rapi di sepanjang jalanan kota. dengan segala kenangan yang tercover di setiap muka bangunan-bangunan yang menggelap saat sanja. dengan kalian yang selalu mengukir tawa dalam teriakan-teriakan bahagia. dengan semua yang mungkin tidak akan bisa aku dapatkan di tempat manapun di berbagai belahan bumi ini.
semacam yang saya lakukan Jumat pekan lalu, ketika saya tau itu mungkin adalah kali terakhir saya menginjakkan kaki di Solo. tidak akan datang lagi kesana dalam waktu yang lama. berpisah dengan semuanya. dengan teman-teman. dengan jalanan kampus yang selalu lengang dan menggenang saat hujan. dengan hiruk - pikuk keramaian warung makan saat jam makan siang tiba. dengan lampu merah pertigaan jalan yang hanya berbicara pada udara yang kosong tanpa pernah ada yang melihatnya. dengan segala cerita yang terpaku rapi di sepanjang jalanan kota. dengan segala kenangan yang tercover di setiap muka bangunan-bangunan yang menggelap saat sanja. dengan kalian yang selalu mengukir tawa dalam teriakan-teriakan bahagia. dengan semua yang mungkin tidak akan bisa aku dapatkan di tempat manapun di berbagai belahan bumi ini.
9 Jan 2013
Saya (tidak akan) mengkhianati hobi saya
Saya suka menulis. Semua yang suka membaca blog ini atau mengenal saya pasti sangat tau bahwa saya sangat suka menulis. Saya pikir menjadi seorang jurnalis bisa lebih membantu saya menyalurkan hobi menulis saya. Saya tak tau sejauh apa kemampuan saya menulis. Saya tak pernah mengirimkan tulisan saya ke media manapun. Tidak juga mencoba untuk meminta pendapat seorang profesional untuk mengoreksi tulisan saya.
Saya menulis, dan saya menjadikan tulisan saya bermanfaat untuk orang lain. Lewat media. Menjadi sebuah berita. Beberapa hari lalu hingga hari ini, saya masih seorang wartawan tulis. Rasanya sangat menyenangkan bisa bekerja dalam tekanan deadline. Saya tak punya waktu untuk memikirkan apa yang seringkali saya ributkan ketika saya sedang tidak melakukan apa-apa. Saya bahagia bukan kepalang ketika setiap siang datang ke kantor, yang saya pertama cari adalah koran yang terbit hari itu. Saya mencari dimana nama saya terpampang.
Saya menulis, dan saya menjadikan tulisan saya bermanfaat untuk orang lain. Lewat media. Menjadi sebuah berita. Beberapa hari lalu hingga hari ini, saya masih seorang wartawan tulis. Rasanya sangat menyenangkan bisa bekerja dalam tekanan deadline. Saya tak punya waktu untuk memikirkan apa yang seringkali saya ributkan ketika saya sedang tidak melakukan apa-apa. Saya bahagia bukan kepalang ketika setiap siang datang ke kantor, yang saya pertama cari adalah koran yang terbit hari itu. Saya mencari dimana nama saya terpampang.
2 Jan 2013
one day, a rich dad took his son on a trip. Wanted to show him
how poor someone can be. They spent time on the farm of a poor
family.
On the way home, dad asked, “Did you see how they are?
What did you learn?”.
Son said, “We have one dog, they have four, we have pool, they
have rivers, we have lanterns at night, they have stars, we buy
foods, they grow theirs, we have walls to protect us, they have
friends, we have encyclopedias, they have Bible.” Then they headed,
“Thanks dad for showing me how poor we are.”
MORAL LESSON: It’s not about money that make us rich, it’s about
simplicity of having God in our lives.
Taken from Mrs. Nora account
-------------------------------
Belajar itu nggak cuma dari buku. Bersyukur itu nggak cuma dari banyaknya uang yang ada di dompet ato banyaknya menu yang ada di meja makan. Nggak semua orang punya mata yang benar-benar bisa melihat. Sometimes you really need to open your eyes wider.
Label:
me and GOD,
mind
Langganan:
Postingan (Atom)