Home

20 Jan 2013

Minggu pagi tak datang lagi

Tidak banyak pengharapan saya pada sebuah Minggu pagi. Bagi saya Minggu pagi adalah saat saya bisa menikmati cahaya matahari yang hangat, yang panasnya saja bahkan seharusnya tidak mampu saya rasakan jika saya bersembunyi dibalik kaca jendela. Minggu pagi identik dengan setangkup roti bakar isi mentega dan gula pasir yang dipanggang hingga muka-mukanya kering dan kecoklatan.  Minggu pagi identik dengan membersihkan kamar hingga tak lagi terasa sempit karena kertas, tas, kabel atau selimut yang tak terlempit selama seminggu karena selalu tak ada waktu setiap pagi selepas beranjak dari tempat tidur.

Minggu pagi seharusnya saya lalui dengan ceria dan tawa. Setidaknya sekalipun saya tidak tertawa dengan seseorang, saya tertawa karena sesuatu. Setidaknya tidak ada satu tetes air mata pun yang layak jatuh di Minggu pagi, bahkan air mata karena terlalu banyak menguap sekalipun. Minggu pagi adalah dimana saya bisa bermalas-malasan, bukan di tempat tidur. Tapi bermalas-malasan dengan menghabiskan waktu dengan sesuatu sedikit lebih lama dari biasanya. Film, musik, laptop, and other essentials.

Minggu pagi dulu seringkali saya nikmati agak lebih siang dari pagi-pagi lainnya. Kini saya menyesal bukan kepalang. Minggu pagi saya datang lebih siang sepertinya. Entah sudah berapa lama saya menantikan datangnya Minggu pagi dari sini. Bukan karena apa, karena Minggu pagi yang saya tunggu tak akan dapat lagi saya nikmati. dari bawah tanah lembab sejak hari Sabtu delapan bulan yang lalu.

0 komentar:

Posting Komentar