Home

9 Jan 2013

Saya (tidak akan) mengkhianati hobi saya

Saya suka menulis. Semua yang suka membaca blog ini atau mengenal saya pasti sangat tau bahwa saya sangat suka menulis. Saya pikir menjadi seorang jurnalis bisa lebih membantu saya menyalurkan hobi menulis saya. Saya tak tau sejauh apa kemampuan saya menulis. Saya tak pernah mengirimkan tulisan saya ke media manapun. Tidak juga mencoba untuk meminta pendapat seorang profesional untuk mengoreksi tulisan saya.

Saya menulis, dan saya menjadikan tulisan saya bermanfaat untuk orang lain. Lewat media. Menjadi sebuah berita. Beberapa hari lalu hingga hari ini, saya masih seorang wartawan tulis. Rasanya sangat menyenangkan bisa bekerja dalam tekanan deadline. Saya tak punya waktu untuk memikirkan apa yang seringkali saya ributkan ketika saya sedang tidak melakukan apa-apa. Saya bahagia bukan kepalang ketika setiap siang datang ke kantor, yang saya pertama cari adalah koran yang terbit hari itu. Saya mencari dimana nama saya terpampang.
Bahagia. Ketika semua tulisan yang saya kirimkan dapat terpampang dengan manis di surat kabar lokal tempat saya bekerja. Dengan nama saya dibelakangnya, Zulfa Aulia. Lebih bahagia. Karena tulisan saya yang dimuat begitu minim edit dari redaktur.

Sampai ketika saya merasa bahwa saya ternyata telah mengkhianati hobi saya. Saya mendapat tawaran bekerja di tempat lain. Yang bisa menghargai potensi saya jauh lebih tinggi daripada tempat saya bekerja. Saya mengambil kesempatan ini. Dan meninggalkan kesempatan melihat tulisan saya terus terpampang di lembar demi lembar surat kabar harian lokal tempat saya bekerja. Saya hanya akan kembali menjadi seorang penulis amatir yang tak punya nama didepan ataupun di belakang tulisannya. Seperti tulisan saya pada halaman halaman Globe ini.

Dan saya merasa luar biasa bersedih. Manakala ketika saya mengutarakan niat saya pada redaktur saya, terlihat kekecewaan di wajahnya begitu besar. Dikatakannya dengan lambat-lambat. Tentang ekspektasinya yang tinggi terhadap saya. Bahwa dilihatnya saya memiliki kemampuan dan passion dalam menulis, dalam dunia jurnalistik. Saya diam. Saya meminta maaf kepada beliau. Saya meminta maaf kepada kedua tangan saya yang tidak lagi mampu memamerkan karyanya dihadapan banyak orang. Saya meminta maaf kepada diri saya sendiri. Dan saya tahu bahwa saya pun tak memaafkan keputusan saya.

Saya masih ingin terus menulis. Terus dan terus menulis. Saya masih ingin memiliki buku suatu saat nanti. Satu buku dengan nama saya di muka depannya. Bukan di akhir tulisan yang hanya dicetak huruf tebal. Nama saya, Zulfa Aulia.

1 komentar:

  1. wahhh subhanallah

    konon katanya karya akan menemukan jalannya sendiri, darling. pasti kamu salah satu buktinya :))

    btw selamat yaaaa *injek jempol*

    BalasHapus