Home

13 Sep 2013

tidak sempat. atau mungkin tidak mau. mungkin

"Aku cupu deh sekarang, kak. Balik kantor langsung tidur mulu. Udah ga bisa begadang ampe malem lagi..."

"Nggak...kamu ngga cupu kok. Aku paham kok."

"Kamu jangan terlalu mengerti aku kak..."

"Kamu tu cuma sedikit bosen aja. Dan kamu pengen bersandar kepada seseorang. Kangen akan pelukan seseorang. Dimana dia yang bisa memahami kamu ketika kamu lelah. Ketika kamu bersemangat dia akan lebih menyemangati kami. Ketika kamu biasa aja, dia akan membuat hidupmu "life is never flat""

Entah obrolan macam apa yang keluar dari jari-jari sahabat saya ini semalam. Dari sebuah cerita singkat tentang kecupuan saya yang selalu KO setiap pulang kerja, jadi semacam ada pembukaan tentang jati diri saya yang sebenarnya.

Ajaib. Ketika orang lain terasa bisa lebih memahami diri kita, sedangkan kita sendiri merasa tidak terlalu peduli dengan apa yang diri kita butuhkan atau inginkan.Ajaib atau apatis itu namanya?

Saya sendiri pun merasa sering melakukan hal yang demikian. Obrolan ini pernah terjadi sebelumnya dengan seseorang beberapa waktu lalu. Malam itu dia bercerita bahwa dia bertemu dengan seseorang, dan orang itu berkata bahwa teman saya ini perlu memikirkan lebih matang lagi tentang apa yang akan dia lakukan. Malam itu saya bisa dengan lantang berkata

"Lihat kan? Orang lain yang baru kenal kamu beberapa waktu aja paham benar kamu seperti apa. Lalu kamu pikir aku baru kenal kamu kemarin sore karena aku sesekali mengingatkan kamu betapa ceroboh dan tidak fokusnya kamu?"

Lalu sekarang saya berfikir, mungkin saya terlalu sibuk memahami orang lain, sehingga saya bahkan tidak sempat memahami kebutuhan saya sendiri. Mungkin

0 komentar:

Posting Komentar