Home

29 Agu 2012

uncomparable partner conversation

tau apa yang bisa membuat gue begitu suka mengobrol dengan seseorang? jawaban gue cuma satu : karena gue ngobrol dengan orang yang memiliki ilmu yang lebih banyak dari gue.

mereka ini adalah orang-orang yang bisa bikin gue betah banget ngobrol sama mereka berjam-jam lewat media apapun. dan untuk membicarakan masalah apapun. dan lebih pasti karena gue seringkali membicarakan topik yang tak biasa dengan mereka. dan tau apa, masalah percintaan jarang ada dalam list obrolan utama kami.

aneh kan? padahal pencitraan galau gue di twitter udah maksimal banget, tapi in real nya gue malah borrrrriiing to talk about love. random. serandom semua masalah yang muncul di muka bumi ini.


gue baru menyadari itu kemaren. kenapa selama ini gue dan Dino bisa betah banget buat temenan sampe bertaun-taun dan masih sering ngobrol intens ampe sekarang. dimulai dengan obrolan saat mudik, mobil, keluarga, mulai berat sampe ke kerjaan, organisasi, makanan, politik, hukum, sampe terakhir masalah yang paling sering gue dan Dino obrolin: kepercayaan dan agama.

seru. bisa ngobrol tentang ilmu yang dia anut yang selama ini nggak pernah gue pahami. dan seru, bisa jadi narasumber yang bisa banyak berbagi dari berbagai hal yang dia pengen tau (sekalipun sebenernya tingkat ketahuan dia tentang sejarah Islam bisa gue bilang jauh lebih menakjubkan dari yang gue kira).

dan mencoba menilik lagi kenapa gue kalo makan siang ama Nanda bisa betah tahan duduk 2 jam di warungnya Bu Pur yang panas dan ramai. yeah...because we had lot of topics to talk. friends, campus, movies, politics, Solo, cat, jobs and of course about twitter.

dan yaa...itu juga yang bikin gue heran selama ini ketika gue ketemu dengan temen-temen yang hidup di Barat (Jabar dan Jakarta, red). gue nggak pernah tau ilmu apa yang mereka terima waktu SMA. entah kenapa berbicara dengan orang barat-barat ini sekalipun mereka lebih muda dari gue, wawasan dan daya kritik mereka selalu lebih menakjubkan daripada temen-temen gue yang ada di Solo dan Semarang selama ini.

bukan mau sombong, tapi ketika di SMA pun gue ngerasa gue nggak bisa nemuin partner ngobrol tentang topik-topik yang keluar dari jalur mainstream anak SMA (cinta, gebetan dan saingan, red) selain sama Dino. dan ketika gue masuk kuliah pun satu-satunya yang bisa memenuhi hasrat ngobrol berat gue ya cuma Nanda.  oo...sekarang ketambahan sama mas Abet yang suka ngajakin ngobrol masalah yang gue yakin kalo kita gabungin bisa jadi berita utama di Tempo. kasarnya ketika di daerah asal gue sini gue bisa mempredikatkan diri sebagai seseorang yang doyan mengkritik, ternyata gue masih jauh nggak ada apa-apanya dengan mereka yang stay di ibukota sana.

asli, kalo udah begini rasanya gue pengen bikin tulisan dari hasil penelusuran-penelusuran gue. sayangnya selama ini gue agak kurang mampu menuliskan dengan sistematis dari hal-hal yang gue minatin topiknya. yaa,,,,itulah sebenernya yang bikin gue nggak berkembang. kalah sama males. hahahaa...

0 komentar:

Posting Komentar