Home

6 Nov 2012

Cerita di Masjid Agung

1. Kak Suci
Pertama kali aku datang ke tempat ini dengan kak Suci. Kakak perempuan tertuaku. Saat itu dia sedang butuh datang ke tempat yang tinggi untuk mengerjakan tugas apa yang saya belum paham nama mata pelajarannya. Kata Kak Suci ini adalah masjid terbesar di Provinsi, namanya Masjid Agung Jawa Tengah. Kak Suci menyebutnya MAJT. Waktu itu aku tak tau seberapa besar provinsi itu, jadi aku begitu kagum. Masjid ini punya menara yang tinggi sekali. Kami bisa melihat Kota Semarang yang panas dari atas sini. Aku langsung jatuh cinta dengan masjid ini.

2. Ariyo
Saat itu aku kelas 3 SMA. Saat itu tanggal 3 Juli 2006. Saat itu dia menyatakan perasaannya padaku disini. Aku berkaos merah muda dengan gambar graviti berwajah seorang wanita berambut panjang di sebelah muka, dia menggunakan kaos hitam almamater kampus kebanggaannya di Kota Pelajar sana. Kami memulai hubungan kami disini. Dia memelukku di tempat parkir sebelum kami pulang. Aku menangis di pelukannya.

3. Enggar
Dia sedang berkunjung ke Semarang. Kami sudah berpacaran 3 bulan. Dia memintaku untuk mengajaknya ke tempat ini. Sebenarnya aku enggan karena membuatku teringat dengan Ariyo. Aku tak bisa menyembunyikan kesedihanku saat masuk ke lapangan parkir di bawah gedung. Sudah 4 tahun berlalu sejak Ariyo memelukku dulu, tapi aku masih begitu merindukan dia. Kami batal sholat Isya disana. Kami batal naik ke menara. Kami bertengkar karena aku tak bisa menyembunyikan tangisku.

5. Vera
Dia sahabatku. Saat itu dia sedang menginap di rumahku. Dia kawan di perantauanku di kampus. Dia begitu gembira aku ajak ke tempat ini. Aku juga. Kami mengambil banyak foto. Akhirnya aku bisa masuk, berwudlu dan sholat di masjid ini. Itu kali pertama aku bersujud di dalamnya. Aku baru sadar kalau bagian dalam masjid ini sama indahnya dengan pelataran luarnya. Aku juga baru sadar kalau aku tak menangis lagi.

6. Linggar
Dia kakak kelasku. Aku menggilainya sejak aku duduk di bangku SMP. Sore ini kami sedang mencari tempat singgah untuk sholat Maghrib. Tiba-tiba saja aku ingin ke tempat ini lagi. Masjid ini terlihat lebih indah. Linggar juga. Ini kali pertama aku masuk ke masjid dengan seseorang yang aku sukai. Dia tersenyum saat kami bersamaan naik tangga dari tempat wudlu yang berbeda, begitu tampan. Aku melihatnya sholat di kejauhan. Aku menangis selepas sholat. Akhirnya aku punya cerita baru.

7. Kak Joshua
Dia kawan kakakku. Aku sedang menghadiri pernikahannya. Dia seorang keturunan Tiong Hoa yang begitu beruntung mendapatkan seorang wanita muslim cantik yang kaya raya. Kak Joshua terlihat begitu elegan dalam balutan jas merah marunnya. Pun istrinya terlihat menawan dalam gaun berpayet disetiap milimeter berwarna senada. Banyak mobil yang diparkir di lapangan parkir. Banyak makanan mahal yang disajikan. Banyak pejabat  yang datang ke acara pernikahan ini. Saat itu aku berkata pada Mama, "Ma, bolehkah aku juga menikah di Masjid ini? Akad pun tak masalah. Tempat ini indah." Mama hanya tersenyum sambil mencubit pipiku. Katanya aku harus menyelesaikan kuliahku dulu. Lagipula aku tidak punya pacar.

8. Gadis penjual sandal jepit
Saat itu aku sedang sendirian. Menunggu temanku datang dari rantau yang ingin berkunjung. Rumah saudaranya tempat dia tinggal ada di dekat masjid ini. Kebetulan aku baru saja pulang dari menghadiri pernikahan temanku, dengan long dress batik modifikasi dan sandal high heels aku keluar dari mobil bermaksud menunggu di pelataran masjid sambil menikmati senja. Aku tak sadar bahwa paving halaman parkirnya berbentuk hexa dan berlubang di tengahnya. Sandalku terperosok. Haknya patah. Aku jatuh tersungkur kedepan. Lalu gadis penjual sandal jepit itu datang menolong, berlari secepat Panther. Setelah membantuku berdiri dia menawariku sepasang sandal jepit. Warnanya Cokelat Muda.

9. Haikal
Dia tersenyum manis padaku. Manis sekali. Aku sampai ingin memeluknya di hadapan penghulu. Dia terlihat semakin tampan dalam beskap putihnya. Allah mengabulkan doaku. Hari ini kami menikah. Di Masjid yang begitu aku kagumi sejak 12 tahun lalu. Mama ternyata masih ingat betul permintaanku. Dan Tuhan memberikan jalan dengan mempertemukan aku dengan Haikal, pengusaha muda di bidang garment yang begitu rendah hati. Aku tak sanggup menahannya. Air mataku jatuh lagi.

6 komentar: