Home

26 Jan 2011

bab 5 A Glass of Sosro Black Tea

sayup sayup aku merasakan ada sesuatu yang dingin di keningku. terdengar seorang gadis sedang berbicara dengan seseorang. bukan, gadis itu sedang menelpon seseorang. sepertinya berbicara dengan, ayahnya mungkin. terdengar begitu santun.

tunggu. seorang gadis? aku mencoba membuka mataku perlahan. kulihat keadaan sekitar. aku berada di sebuah kamar, berukuran sekitar 4x5meter. ukuran kamar ini saja seukuran dengan gubuk tempat aku biasa tidur selepas mengamen. aku berada di sebuah kasur empuk, dan dengan sebuah bed cover bermotif abstrak dengan merah sebagai warna dominan menyelimuti tubuhku. kepalaku tiba tiba terasa nyeri saat aku mencoba untuk bangkit duduk.

seorang gadis menghampiriku. aku tidak mengenalnya. tapi aku hampir yakin bahwa kami pernah bertemu di suatu tempat.

"hei....mas jangan banyak bergerak dulu. kata dokter kepala mas mungkin terbentur aspal waktu semalam saya nggak sengaja nabrak waktu mas nyebrang. karena saya nggak tau mas siapa, dan saya nggak berani buka buka dompet orang, dan saya nggak tau harus bawa mas kemana jadi saya bawa mas kerumah saya. tapi tadi pagi sudah ada dokter keluarga saya yang datang dan....." gadis itu berusaha menjelaskan dengan sedikit gugup, tampak dari gestur tangannya yang bergerak kesana kemari.
"makasih ya mbak..." selaku, dengan tangan kanan sambil memegang tempurung kepalaku yang serasa mau pecah.

gadis itu terdiam. aku menatapnya canggung. lalu dia menyodorkan segelas teh panas dari nakas warna hitam di sebelah kasurku. aku meminumnya perlahan. baiklah, membuatku sedikit rileks.
"teh sosro black tea" ujarku sambil meletakkan kembali mug bergambar kincir angin ke atas nakas.
"hah? apa?" tanyanya bingung.
"itu teh yang dibikin, teh sosro yang black tea. kesukaan saya..." aku tersenyum. lalu mencari posisi untuk bersandar ke kepala kasur dengan susah payah karena kepala yang sakitnya luar biasa. aku juga mulai bisa merasakan bagian tubuhku yang lain mulai kaku.
"saya bantu..." gadis itu langsung dengan gesit menatakan bantal agar bisa membantuku bersandar untuk duduk.
"saya eka mbak..." aku mengulurkan tangan.
si gadis tertegun melihat ke arah tanganku yang terulur. aku bingung. aku baru mau menarik lagi tanganku ketika gadis itu menjabat tanganku cepat2. tangannya dingin.
"saya venus..."
aku mengangguk dan tersenyum. sekarang aku ingat bertemu dimana dengan gadis ini.

0 komentar:

Posting Komentar