Home

19 Feb 2012

tak henti bercerita pada Tuhan

seperti yang selalu saya lakukan di malam-malam sebelumnya, saya melakukan percakapan dengan Dia sebelum berangkat tidur. duduk diatas kasur kapuk yang mulai mati, menyelimuti sebagian kaki dengan bed cover, menyalakan lampu tidur snoopy di meja belajar pendek di samping tempat tidur, menunduk dan menggerak-gerakkan jari satu sama lain. gelisah.

kali ini saya bertanya, tentang bagaimana Dia begitu pandai menjawab semua pertanyaan dan permintaan yang saya minta dariNya.
seperti beberapa saat yang lalu ketika saya begitu rajin menangis di setiap tarikan nafas dan aktivitas. ketika saya merasa begitu terpukul dengan tekanan yang menimpa kehidupan keluarga saya, tekanan dari orang tua saya untuk segera menyelesaikan studi, atau setidak-tidaknya mengajukan jadwal sidang skripsi, saya yang mengusahakan diri untuk tidak jatuh sakit seperti biasa, masalah yang saat itu menimpa saya dan kekasih hati, serta kedua adik yang bisa dibilang masih begitu membutuhkan banyak kebutuhan untuk pengobatan sakit mereka.

ketika semua keluhan dari kedua orang tua mengalir ke telinga saya, ketika aduan kedua adik merayap di kepala saya, dan saya yang tak mampu lagi untuk menbaginya dengan siapapun, saya meminta Dia untuk melepaskan salah satu dari sekian masalah yang sedang enggan meninggalkan bahu saya. saya memohon dalam setiap doa, menangis, bersimpuh sepanjang hari, menjauhkan diri dari kegiatan duniawi yang membuat saya mungkin akan menjauh dari keprihatinan. dan ya, Dia menjawabnya. dia mengambil kekasih hati saya, untuk mengurangi beban saya.

menangis tentu saja. tapi toh saya tau, sekalipun menurut saya dia bukan masalah terbesar di bahu saya, Allah selalu tau apa yang menjadi kebutuhan saya. bahkan saya mengharapkan bahwa dia lah orang yang selalu ada untuks aya agar saya bisa membagi satu per satu masalah saya dengan seseorang. ah, Dia hanya meminjamnya untuk sementara. itu yang ada di kepala saya.

berselang dua minggu. entah dengan Maha Baiknya Dia, akhirnya aku bisa melaksanakan sidang skripsi. disini, dua masalah terselesaikan sekaligus. tidak ada lagi beban kuliah saya, walaupun revisi dari hasil sidang sempat membuat saya terseok selama beberapa hari. tidak ada lagi tekanan dari kedua orang tua yang membuat saya harus menangis setelah berdebat panjang dengan mereka mengapa saya begitu lambat mengerjakan tugas akhir saya. Allah tau, ini merupakan masalah terberat saya, kali ini Dia pun telah mengambilnya dari bahu saya.

ah, tidak cuma-cuma tentu saja. saya yang terpojok oleh hasil sidang, mulai menjadi lemah. menangis. tak bersemangat. antisosial. semacam dendam berkepanjangan dengan 3 penguji saya. saya tau, saya membutuhkan seseorang untuk diajak berbagi. ah, bukan berbagi sepertinya yang dianggap Dia merupakan kebutuhan saya. Dia tau saya membutuhkan seseorang yang setidaknya dapat membuat saya tersenyum lagi. dia mengembalikan seseorang yang sempat dia pinjam sebelumnya. bukan berbaikan, dia hanya mengembalikannya saja. menjadi ada lagi. menjadi 'sedikit masalah' yang menggelitik saya lagi. saya mengakui, saya kembali bisa bangkit, karena dia datang sehingga saya bisa meluapkan sedikit marah terhadap revisi saya menjadi kalimat-kalimat sadis atas permasalahan kami dulu.

baiklah, tidak berhenti sampai disitu. diantara rasa "sepi" yang bisa saya bilang cukup mengganggu, dihadirkannya lagi beberapa orang yang mencoba untuk mengisi. ah, Dia begitu pandai memberikan saya alternatif. ya, beginilah saya. selalu merasa timpang ketika tidak memiliki seseorang untuk saya jadikan "pegangan". dan dengan silih berganti, mereka mencoba untuk "menyapa" saya. hanya saja saya tau, saya tidak siap untuk memulai lagi. dengan dia, atau mereka.

saya hanya bersyukur dengan semua itu. dengan bagaimana satu per satu semua diambil dan dikembalikan. semua diberikan dan dihilangkan lagi. saya menangis lagi tentu saja.

dan di akhir percakapan yang panjang itu saya berdoa. untuk kesembuhan adik terkecil saya yang sedang sakit di rumah. dengan segala keterbatasan yang ada pada kami, agar semua sakit dan musibah ini dapat melunturkan dosa. agar semua sakit dan musibah ini daat membuat kami menjadi semakin erat untuk memeluk satu sama lain. agar semua sakit dan musibah ini membuat kami menjadi semakin dekat padaNya. dan saya pun kembali menutup "short call" dengan senyuman...

0 komentar:

Posting Komentar