kita punya kriteria sendiri-sendiri dalam mencari teman. dan seharusnya perbedaan kriteria dalam mencari temen itu nggak menjadi suatu masalah ketika lo sama seseorang yang lain punya kriteria yang bertolak belakang.
katakanlah seorang zulfa aulia. gw emang orang yang friendly dan supel. tapi bukan berarti ketika banyak stranger come into my life gue langsung dengan arms wide open nerima mereka sebagai temen gue. meninggalkan temen yang akhirnya keluar dari kriteria gue juga sering gw lakuin, as i ever said in my old post.
sebut hanya seseorang yang jika dilihat dari reputasinya dan rekomendasinya dari orang-orang yang kenal dia adalah sebagai seseorang yang "normal" atau syukur-syukur malah "lebih" baru gue akan sedikit terbuka. tapi katakanlah kalau itu adalah 100% stranger dimana antara gue dengan ybs nggak ada mutual vision atau friend sama sekali, well sorry, i'm close to you. yah, sebut aja orang2 tak dikenal di friend FB yang tau2 ngirim message dengan freaknya minta kenalan atau nomer handphone? rrrrr......
gue memilih untuk tidak terlalu banyak mengenal orang. katakanlah gue adalah orang yang gampang kebawa arus dan tidak terlalu suka menjadi mmm....terkenal? gw cuma melakukan tindakan preventif, because i know my self. dan temen-temen gw yang masih ada sampe sekarang, bener-bener mereka yang sebener-benernya temen. atau mereka yang memiliki kesamaan kepentingan, hobi atau kesamaan lain yang 'penting' lah, dan bukan sekedar temen asal temen.
well...gw juga tidak terlalu nyaman berteman di dunia maya. semua temen FB emang gw approve (akhirnya) setelah dulu sempet gue 'saring' hampir 200-300 orang gw remove. tapi lama-lama rasanya males juga tiap ada yang add harus diliat dulu infonya. it's oke lah, gw juga bukan pengguna aktif FB.
nah....tapi ketika gw bisa bicara panjang lebar tentang gimana cara gw cari temen, agak sering ga paham sama cara cari temen dari laki gw. temen seorganisasi? temen sekos? temen seangkatan jaman sekolah? temen 'cewek'? rrr.......dia punya banyak temen dan sampe sekarang herannya dia selalu bilang kalo dia 'ga ada temen deket'. ih waw.....trus buat apa itu temen-temen??
diantara sekian banyak temen dia, gw emang ga pernah nemu satu temen yang gw anggep bisa sevisi sama gw. fokus kuliah, bisa jagain deddy waktu gw jauh, 'rajin' shalat, bukan seorang perokok bahkan kalau bisa anti rokok, dan bukan seorang yang mmm sebutlah hedonis. karena gw merasa gagal sebagai pacarnya untuk menjadikan dia sevisi sama gw, gw bener-bener berharap dia punya temen yang seperti itu, satu atau banyak.
but in fact, major of his friends yang gw liat selama ini, seperti gw kutip dari apa yang deddy bilang 'aku tuh seneng bisa banyak share sama mereka, karena mereka beda kelas atau beda angkatan' atau 'aku tuh nggak enak beb kalo nggak ngumpul' atau 'aku butuh aktif di xxxx buat CV aku ntr kalo kerja.'
bener-bener seorang oportunis, apatis dan pasrah. sekarang banyak temen banyak share buat apa kalau kuliah juga begitu-begitu aja. mereka (perusahaan) melihat 'nilai', mereka butuh 'skill', mereka butuh 'otak', mereka butuh 'sikap', mereka butuh 'seseorang dengan jatidiri', 'mereka butuh seseorang yang 'berani maju sendiri'.
gw cuma mencoba untuk menilai dari apa yang selama ini selalu jadi bahan pembicaraan gw sama deddy (setelah dia bergaul sama temen-temennya). dia berbicara tentang kemewahan, gw berbicara tentang kesusahan. dia berbicara tentang keberhasilan, gw berbicara tentang usaha bangkit dari keterpurukan, dia bicara tentang sesuatu yang besar sedang gw mencoba untuk mengapresiasi yang kecil, dia mencemooh hal yang 'tidak normal' dan gw mengambil hikmah dari yang 'tidak normal'.
itulah hasil pembicaraan beda usia beda fokus dan beda pendidikan. mungkin dengan melihat yang besar dia akan termotivasi, hanya saja dia terkadang lupa bahwa yang besar itu seringkali dimulai dari yang kecil dan tidak 'normal'. mungkin dengan melihat yang berhasil dia berusaha untuk membuat dirinya maju, tapi seringkali yang patut diingatm bahwa tidak ada keberhasilan tanpa pernah mereka terpuruk. it's not as instantly as you thought.
tapi dari sini gw jadi belajar banyak. dari semua cerita besar dia dan bagaimana pola pergaulan diam gw bisa menilik kurang lebih seperti itulah nantinya ketika gw hijrah ke kota besar dan berkumpul dengan jutaan orang yang ingin sama suksesnya. gw cuma hanya harus menjadi diri sendiri, dan terus idealis dengan tindakan selektif gw dalam 'berkenalan' dengan orang. bukankah mencegah selalu lebih baik.